Kamis, 12 Agustus 2010

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Laporan Pendahuluan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

I. MASALAH UTAMA

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).

Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).

Tanda dan gejala

a. Bicara, senyum / tertawa sendiri.

b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.

c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.

d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.

f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.

g. Sikap curiga dan bermusuhan.

h. Ketakutan.

i. Sulit membuat keputusan.

j. Menarik diri, menghindari dari orang lain.

k. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.

l. Muka merah kadang pucat.

m. Ekspresi wajah bingung.

n. Tekanan darah naik.

o. Nafas terengah- engah.

p. Nadi cepat.

q. Banyak keringat.

B. Macam- macam halusinasi

a. Halusinasi pendengaran

b. Halusinasi penglihatan.

c. Halusinasi penciuman.

d. Halusinasi pengecapan.

e. Halusinasi perabaan.

f. Halusinasi kinestik.

g. Halusinasi hipnogogik.

h. Halusinasi hipnopompik.

i. Halusinasi histerik.

j. Halusinasi autoskopi.

C. Mekanisme masalah.

a. Resiko kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi.

Individu yang mengalami halusinasi pendengaran akan mendengar sura/ bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus yang nyata dan suara- suara itu menyebabkan individu tersebut mengamuk dan merusak barang- barang.

b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan dengan menarik diri.

Menarik diri merupakan perilaku yang menghindari interaksi dengan orang lain. Individu dengan menarik diri kelihatan sedih, pendiam, putus asa dan pikirannya akan melayang kemana- mana sehingga individu akan terbayang hal- hal yang tidak nyata seperti melihat dan mendengar bisikan- bisikan yang aneh dari seseorang.

c. Sebab : Isolasi diri : menarik diri.

d. Akibat : Resiko menciderai diri dan orang lain.

D. Pohon masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Akibat

Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Core problem

Isolasi diri : manarik diri. Penyebab

E. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji.

1. Resiko menciderai diri dan orang lain.

DO :

§ Perilaku hiperaktif, agresi dan destruktif.

§ Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

§ Sikap bermusuhan.

§ Menolak makan.

DS :

§ klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang

§ klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.

Data :

§ Bicara, senyum/ tertawa sendiri.

§ Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

§ Dapat membedakan nyata dan tidak nyata.

§ Tidak dapat memusatkan perhatian.

§ Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan.

§ Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

3. Perubahan isolasi sosial : menarik diri.

Data :

§ Pola pikir autistik.

§ Ekspresi wajah dungu / datar.

§ Perawatan diri kurang.

§ Menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain.

F. Diagnosa keperawatan.

1. Resiko menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.

2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan dengan manarik diri.

G. Rencana tindakan

Diagnosa : Resiko menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.

A. Tujuan umum :

Perilaku menciderai diri dan orang lain tidak terjadi.

B. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi :

- Klien mau membalas salam

- Klien mau berjabat tangan

- Kllien mau menyebut nama

- Klien mau tersenyum

- Klien ada kontak mata

- Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi keperawatan :

1.1 Beri salam dan panggil nama klien

1.2 Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi

1.4 Jelaskan kontrak yang akan dibuat

1.5 Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati

1.6 Lakukan kontak singkat tetapi sering

1.7 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya.

Kriteria evaluasi :

- Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.

- Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

Intervensi keperawatan :

2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.

2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri/ kekanan/ kedepan seolah- olah ada teman bicara.

2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya.

a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.

b. Jika klien menjawab “ya” lanjutkan apa yang dikatakan.

c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).

d. Katakan bahwa klien lain juga seperti klien.

e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

2.4. Diskusikan dengan klien tentang :

a. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel atau sedih).

2.5. Diskusikan apa yang dirasakan klien jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasananya.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Kriteria evaluasi :

- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk mengndalikan halusinasinya.

- Klien dapat menyebutkan cara baru.

- Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.

- Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya.

- Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi keperawatan :

3.1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain- lain).

3.2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :

a. Katakan : “Saya tidak mau dengar kamu” (pada saat halusinasi terjadi).

b. Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk bercakap- cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.

c. Membuat jadwal kegiatan sehari- hari agar halusinasi tidak sampai muncul.

d. Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika tampak bicara sendiri.

3.4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.

3.5. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

3.6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Kriteria evaluasi :

- Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya.

Intervensi keperawatan :

4.1. Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami halusinasi.

4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah).

a. Gejala halusinasi.

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasinya dirumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.

d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain.

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria evaluasi :

- Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.

- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

- Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.

- Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.

- Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

Intervensi keperawatan :

5.1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.

5.2. Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya.

5.3. Anjurkan klien bicara sendiri dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.

5.4. Diskusikan akibat berhenti obat- obat tanpa konsultasi.

5.5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1996). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Johnson, Barbara Schoen, (1997), Adaptation and Growth Psychiatric-Mental Health Nursing, 4th Edition, Lippincot-Raven Publishers, Philadelphia.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend, Mary C, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.


Tidak ada komentar: