Kamis, 12 Agustus 2010

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

KONSEP DASAR

  1. Pengertian

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Lararia, 2001). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Dep.Kes RI, 1996). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998: 22). Dengan kata lain, harga diri atau penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Bagaimana kita merasa tentang diri kita ? Apa kita suka atau tidak suka dengan pribadi yang kita pikir sebagai pribadi kita ? Jika kita suka dengan diri kita, kita memiliki harga diri yang tinggi, sebaliknya bila kita tidak suka, kita memiliki harga diri yang rendah (Centi, 1993: 11).

Townsend (1998: 115) mengemukakan harga diri rendah adalah evaluasi dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Carpenito (2001: 253) berpendapat senada, yakni harga diri rendah adalah keadaaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenai diri atau kemampuan diri. Evaluasi negatif ini mempengaruhi harga diri dan konsep diri (Fortinash dkk, 2000 : 595).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa harga diri rendah adalah penilaian negatif individu terhadap diri sendiri, yang didasarkan pada rasa ketidakmampuan atau kegagalan individu dalam mencapai ideal diri.

  1. Penyebab

Townsend (1998: 189) mengemukakan beberapa hal penting yang menjadi penyebab harga diri rendah, yaitu:

1. Kurangnya umpan balik positif.

2. Perasaan ditolak orang terdekat.

3. Sejumlah kegagalan belajar, ketidakberdayaan.

4. Ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego.

Stuart dan Sundeen (1998: 229) mengungkapkan penyebab dengan cakupan lebih luas yakni :

1. Faktor Predisposisi:

a. Penolakan orang tua.

b. Harapan orang tua yang tidak realistik.

c. Kegagalan yang berulang kali.

d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal.

e. Ketergantungan pada orang lain.

f. Ideal diri yang tidak realistik.

2. Faktor Presipitasi, dapat berasal dari dalam atau luar individu, antara lain:

a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis, atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan yang membuat individu mengalami berbagai frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran:

1) Transisi peran perkembangan. Yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perkembangan ini termasuk taraf perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.

2) Transisi peran situasi. Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

3) Transisi peran sehat - sakit. Sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :

1) Kehilangan bagian tubuh.

2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.

3) Perubahan fisik berhubungan dengan timbang normal.

4) Prosedur medis dan keperawatan.

3. Rentang Respon

Gambar 1. Rentang Respon Konsep Diri (Stuart dan Sundeen, 1998: 230).

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat terdiri dari :

1. Aktualisasi diri.

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses.

2. Konsep diri positif.

Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang termasuk didalamnya adalah :

Harga diri rendah.

Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung berpikir ke arah negatif.

Kekacauan identitas.

Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan psikologis dan kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

Depersonalisasi.

Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mereka tidak mengenal dirinya sendiri.

4. Gambaran Klinik

Perilaku-perilaku yang muncul menurut Stuart dan Sundeen (1998: 230) adalah :

1. Mengritik diri sendiri dan orang lain.

2. Penurunan produktivitas.

3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.

4. Gangguan dalam berhubungan.

5. Rasa diri penting yang berlebihan.

6. Perasaan tidak mampu.

7. Rasa bersalah.

8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

9. Perasaan negatif terhadap tubuhnya.

10. Ketegangan peran yang dirasakan.

11. Pandangan hidup yang pesimis.

12. Keluhan fisik.

13. Pandangan hidup yang bertentangan.

14. Penolakan terhadap kemampuan personal.

15. Destruktif terhadap diri sendiri.

16. Pengurungan diri.

17. Menarik diri secara sosial.

18. Penyalahgunaan zat.

19. Menarik diri dari realitas.

20. Khawatir

A. Pengkajian

1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data yang perlu dikaji

a) Perasaan malu terhadap diri sendiri

b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri

c) Merendahkan martabat

d) Gangguan hubungan social

e) Percaya diri kurang

f) Menciderai diri akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram

2. Coping individu tidak efektif

Pola yang perlu dikaji

a) Pola makan berubah atau perubahan pola tidur dan kegiatan

b) Mudah marah atau tersinggung

c) Perasaan tidak mampu atau motivasi hilang, mudah bosan

d) Produktivitas dan kualitas kerja menurun

e) Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk

f) Pelupa dan sering bloking

g) Sering melamun

3. Isolasi sosial : menarik diri

Data yang perlu dikaji

a) Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul

b) Menghindar dari orang lain

c) Komunikasi verbal kurang

d) Tidak ada konyak mata, klien lebih banyak menunduk

e) Berdiam diri di kamar atau tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya

f) Menolak berhubungan dengan orang lain

g) Tidak merawat diri

h) Tidur dengan posisi janin

B. Pohon Masalah



Isolasi sosial (akibat)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah (core problem)


Koping individu tidak efektif (penyebab)

C. Diagnosa Keperawatan:

1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

2. Isolasi sosial: menarik diri

D. Fokus Intervensi

Isolasi sosial: menarik diri yang berhubungan dengan gangguan konsep diri harga diri rendah.

1. Tujuan Umum (TUM):

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan Khusus (TUK):

TUK 1:

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

b. Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

2) Perkenalkan diri dengan sopan.

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

4) Jelaskan tujuan pertemuan.

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

7) Beri perhatian kepada klien dan pertahankan kebutuhan dasar klien.

c. Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

TUK 2 :

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

a. Kriteria evaluasi :

Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

1) Kemampuan yang dimiliki klien.

2) Aspek positif keluarga.

3) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

b. Intervensi :

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.

3) Utamakan memberi pujian yang realistik

c. Rasional

1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

2) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

3) Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

TUK 3 :

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

a. Kriteria evaluasi :

Klien menilai kemampuan yang digunakan.

b. Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.

2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

c. Rasional :

1) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.

2) Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaanya.

TUK 4 :

Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

a. Kriteria evaluasi :

Klien membuat rencana kegiatan harian.

b. Intervensi :

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.

2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan

c. Rasional :

1) Membentuk individu yang bertanggung jawab terahdap dirinya sendiri.

2) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiata

TUK 5 :

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

a. Kriteria evaluasi:

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

b. Intervensi :

1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

2) Beri pujian atas keberhasilan klien.

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

c. Rasional:

1) Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

2) Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

3) Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.

TUK 6 :

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

a. Kriteria evaluasi :

Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

b. Intervensi:

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan.

c. Rasional :

1) Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

2) Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

3) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

Tidak ada komentar: