Kamis, 12 Agustus 2010

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan

Perilaku Kekerasan

I. MASALAH UTAMA

Perilaku kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1982).

Tanda Dan Gejala

· Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang

· Suka membentak

· Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal

· Mata merah dan wajah agak merah

· Nada suara tinggi dan keras

· Bicara menguasai

· Pandangan tajam

· Suka merampas barang milik orang lain

· Ekspresi marah saat memnicarakan orang

B. Etiologi

Gangguan kosep diri : harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Scultz dan Videback, 1998).

Tanda dan gejala harga diri rendah

Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

2. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri

3. Rasa bersalah atau khawatir

4. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.

5. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

6. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial

7. Menarik diri dari realitas

8. Merusak diri

9. Merusak atau melukai orang lain

10. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.

C. Mekanisme Sebab – Akibat

v Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu, dianggap tidak berharga dan berguna. Klien kesal kemudian marah dan kemarahan tersebut diekspresikan secara tak konstruktif, seperti memukul orang lain, membanting-banting barang atau mencederai diri sendiri.

v Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan

Mekanisme : Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien berorientasi pada tindaakan untuk memenuhi secara listrik tuntutan situasi stress, klien akan berperilaku menyerang, merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.

III. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif.

Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang marah atau kesal.

B. Data Obyektif.

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai, pandangan tajam, suka merampas barang milik orang lain, ekspresi marah saat membicarakan orang lain.

IV. DAFTAR MASALAH

Data

Masalah

Etilogi

DO :

- Klien tampak lebih suka sendiri

- Binggung jika disuruh memilih alternatif tindakan

- Ingin menciderai diri / ingin mengakiri kehidupan

DS :

- Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-apa

- Klien mengkritik diri sendiri

- Mengungkapkan perasaan terhadap diri sendiri

DO :

- mata merah, wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras, pandangan tajam.

DS :

- klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang

- klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal

DO :

- Klien memukul diri sendiri atau orang lain

- Klien merampas barang milik orang lain

- Klien membanting barang-barang

DS :

- Klien mengatakan benci dan ingin memukul sese-orang

- Klien membentak sese-orang dan mengatakan kata - kata kasar dan kacau

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Perilaku kekerasan

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Mekanisme koping tak efektif

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Perilaku kekerasan

V. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan akibat


Perilaku kekerasan core problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah penyebab

(Keliat, 1998)

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.

VII. FOKUS INTERVENSI

DIAGNOSA : Resiko menciderai diri sendiri, orng lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

A. Tujuan Umum

Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

B. Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi :

- Klien mau membalas salam

- Klien mau berjabat tangan

- Kllien mau menyebut nama

- Klien mau tersenyum

- Klien ada kontak mata

- Klien mau mengetahui nama perawat

- Klien mau menyediakan waktu untuk perawat

Intervensi keperawatan :

1.1 Beri salam dan panggil nama klien

1.2 Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi

1.4 Jelaskan kontrak yang akan dibuat

1.5 Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati

1.6 Lakukan kontak singkat tetapi sering

Rasionalisasi :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria Evaluasi :

- Klien mengungkapkan perasaannya

- Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)

Intervensi keperawatan :

2.1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya

2.2 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal

Rasionalisasi :

Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi :

- Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal

- Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang dialami

Intervensi keperawatan :

3.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/ kesal.

3.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien

3.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien.

Rasionalisasi :

- Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel

- Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal

- Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Kriteria evaluasi:

- klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.

- Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak

Intervensi:

4.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien

4.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

4.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

Rasionalisasi:

- mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengan destruktif

- dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat menyelesaikan masalah.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Kriteria evaluasi:

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi keperawatan:

5.1. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien

5.2. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

5.3. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

Rasionalisasi:

- membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.

- Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.

- Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.

6. klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi:

- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

- Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.

- Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

a. secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.

b. Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain

c. Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.

d. Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain

Rasionalisasi:

- dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi.

- Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga dirinya.

- Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan kemampuan klien.


7. klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

kriteria evaluasi:

- klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

a. fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.

b. Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.

c. Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain

Intervensi keperawatan:

7.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

7.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

7.3. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).

7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.

7.5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah.

Rasionalisasi:

- memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat.

- Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya.

- Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif

- Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.

- Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.

8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi:

- Keluarga klien dapat:

a. menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan

b. mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien

Intervensi keperawatan:

8.1. Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

8.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

8.3. Jelaskan cara-cara merawat klien.

8.4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

8.5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

Rasionalisasi:

- kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan

- meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.

- Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya

- Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung.

- Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.


9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)

Kriteria evaluasi:

- klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan efek)

- klien dapat minum obat sesuai program terapi

Intervensi keperawatan:

9.1.jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan keluarga)

9.2. diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum obat tanpa seijin dokter

9.3. jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).

9.4. anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.

9.5. anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek yang tidak menyenangkan.

9.6. berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.

Rasionalisasi:

- klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh klien.

- Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh klien.

- Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat.

- Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri.

- Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.

- Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta meningkatkan harga diri.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tidak ada komentar: