Kamis, 23 April 2009

Asuhan Keperawatan Pasien Berat Badan Lahir Rendah

Asuhan Keperawatan Pasien Berat Badan Lahir Rendah


A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

B. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
§ Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
§ Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
§ Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
§ Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
§ Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
§ Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui

C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Prematuritas murni
§ BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
§ Masa gestasi < 37 minggu
§ Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
§ Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
§ Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
§ Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
§ Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
§ Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
§ Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
§ Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
§ Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

2. Dismaturitas
§ Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
§ Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
§ Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
§ Tali pusat berwarna kuning kehijauan

D. KOMPLIKASI
§ Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
§ Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
§ Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
§ Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
§ Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
§ Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
§ Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
§ Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
§ Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
§ Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

F. ASUHAN KEPERAWATAN

Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Kriteria :
§ Kebutuhan oksigen
menurun
§ Nafas spontan, adekuat
§ Tidak sesak.
§ Tidak ada retraksi

INTERVENSI

§ Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
§ Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§ Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Kriteria :
§ Tidak sianosis.
§ Analisa gas darah normal
§ Saturasi oksigen normal.

INTERVENSI

§ Lakukan isap lendir kalau perlu
§ Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
§ Observasi warna kulit
§ Ukur saturasi oksigen
§ Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
§ Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
§ Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
§ Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

T :Hidrasi baik

Kriteria:
§ Turgor kulit elastik
§ Tidak ada edema
§ Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
§ Elektrolit darah dalam batas normal

INTERVENSI

§ Observasi turgor kulit.
§ Catat intake dan output
§ Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
§ Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

TUJUAN Nutrisi adekuat

Kriteria :
§ Berat badan naik 10-30 gram / hari
§ Tidak ada edema
§ Protein dan albumin darah dalam batas normal

INTERVENSI

§ Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
§ Observasi dan catat toleransi minum
§ Timbang berat badan setiap hari
§ Catat intake dan output
§ Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

TUJUAN Suhu bayi stabil
§ Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§ Akral hangat
INTERVENSI

§ Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
§ Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
§ Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
§ Ganti popok bila basah

Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

TUJUAN Perfusi jaringan baik
§ Tekanan darah normal
§ Pengisian kembali kapiler <2 detik
§ Akral hangat dan tidak sianosis
§ Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
§ Kesadaran composmentis

INTERVENSI

§ Ukur tekanan darah kalau perlu
§ Observasi warna dan suhu kulit
§ Observasi pengisian kembali kapiler
§ Observasi adanya edema perifer
§ Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
§ Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan

Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia

TUJUAN Tidak ada injuri

Kriteria :
§ Kesadaran composmentis
§ Gerakan aktif dan terkoordinasi
§ Tidak ada kejang ataupun twitching
§ Tidak ada tangisan melengking
§ Hasil USG kepala dalam batas normal


INTERVENSI

§ Cegah terjadinya hipoksia
§ Ukur saturasi oksigen
§ Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
§ Observasi tangisan bayi
§ Observasi adanya kejang
§ Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
§ Ukur lingkar kepala kalau perlu
§ Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala

Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik

TUJUAN : Bayi tidak terinfeksi
Kriteria :
§ Suhu 36,5 0C -37,2 0C
§ Darah rutin normal

INTERVENSI

§ Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
§ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
§ Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif

§ Lakukan perawatan tali pusat
§ Observasi tanda-tanda vital
§ Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
§ Kolaborasi pemberian antibiotika

Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

TUJUAN Integritas kulit baik

Kriteria :
§ Tidak ada rash
§ Tidak ada iritasi
§ Tidak plebitis

INTERVENSI

§ Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
§ Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
§ Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

TUJUAN Persepsi dan sensori baik

Kriteria :
§ Bayi berespon terhadap stimulus

INTERVENSI

§ Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
§ Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut
§ Memberikan rangsang cahaya pada mata
§ Kurangi suara monitor jika memungkinkan
§ Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

TUJUAN Koping keluarga efektif
Kriteria :
§ Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.
§ Pengetahuan ortu bertambah
§ Orang tua dapat merawat bayi di rumah

INTERVENSI

§ Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
§ Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
§ Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan
§ Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya


askep tipoid

ASKEP THYPOIDA. KONSEP DASAR1. PengertianTyphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.2. EtiologiEtiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.3. PatofisiologiPenularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.4. Manifestasi KlinikMasa tunas typhoid 10 – 14 haria. Minggu Ipada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.b. Minggu IIpada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.5. Komplikasia. Komplikasi intestinal1) Perdarahan usus2) Perporasi usus3) Ilius paralitikb. Komplikasi extra intestinal1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.6. Penatalaksanaana. Perawatan.1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.b. Diet.1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.c. Obat-obatan.1) Klorampenikol2) Tiampenikol3) Kotrimoxazol4) Amoxilin dan ampicillin7. PencegahanCara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas8. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :a. Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPTSGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :1) Teknik pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.3) Vaksinasi di masa lampauVaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.d. Uji WidalUji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :a. Faktor yang berhubungan dengan klien :1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.b. Faktor-faktor Teknis1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.9. Tumbuh kembang pada anak usia 6 – 12 tahunPertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.a. Motorik kasar1) Loncat tali2) Badminton3) Memukul4) motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.b. Motorik halus1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.c. Kognitif1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datangd. Bahasa1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan10. Dampak hospitalisasiHospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.Penyebab anak stress meliputi ;a. PsikososialBerpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peranb. FisiologisKurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diric. Lingkungan asingKebiasaan sehari-hari berubahd. Pemberian obat kimiaReaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanyab. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeric. Selalu ingin tahu alasan tindakand. Berusaha independen dan produktifReaksi orang tuaa. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anakb. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakitB. ASUHAN KEPERAWATAN1. PengkajianFaktor Presipitasi dan PredisposisiFaktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.3. PerencanaanBerdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :Diagnosa. 1Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.TujuanKetidak seimbangan volume cairan tidak terjadiKriteria hasilMembran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak adaIntervensiKaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.Diagnosa. 2Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

ASUHAN KEPERAWATAN

DefinisiLuka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)a. Gasb. Cairanc. Bahan padat (Solid)2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Fase Luka BakarA. Fase akut.Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
B. Fase sub akut.Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:1. Proses inflamasi dan infeksi.2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi Luka BakarA. Dalamnya luka bakar.Kedalaman Penyebab Penampilan Warna PerasaanKetebalan partial superfisial(tingkat I) Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Kering tidak ada gelembung.Oedem minimal atau tidak ada.Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.Bertambah merah. NyeriLebih dalam dari ketebalan partial(tingkat II)- Superfisial- Dalam Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Sangat nyeriKetebalan sepenuhnya(tingkat III) Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik. Kering disertai kulit mengelupas.Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.Tidak pucat bila ditekan.Putih, kering, hitam, coklat tua.Hitam.Merah. Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.
B. Luas luka bakarWallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:1) Kepala dan leher : 9%2) Lengan masing-masing 9% : 18%3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%5) Genetalia/perineum : 1%Total : 100%C. Berat ringannya luka bakarUntuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.2) Kedalaman luka bakar.3) Anatomi lokasi luka bakar.4) Umur klien.5) Riwayat pengobatan yang lalu.6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.American college of surgeon membagi dalam:A. Parah – critical:a) Tingkat II : 30% atau lebih.b) Tingkat III : 10% atau lebih.c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.B. Sedang – moderate:a) Tingkat II : 15 – 30%b) Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:a) Tingkat II : kurang 15%b) Tingkat III : kurang 1%Indikasi Rawat Inap Luka BakarA. Luka bakar grade II:1) Dewasa > 20%2) Anak/orang tua > 15%B. Luka bakar grade III.C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
PenatalaksanaanA. Resusitasi A, B, C.1) Pernafasan:a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.2) Sirkulasi:gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.C. Resusitasi cairan à Baxter.Dewasa : Baxter.RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:< 1 tahun : BB x 100 cc1 – 3 tahun : BB x 75 cc3 – 5 tahun : BB x 50 cc½ à diberikan 8 jam pertama½ à diberikan 16 jam berikutnya.Hari kedua:Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.( 3-x) x 80 x BB gr/hr100(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP.E. Topikal dan tutup luka- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.- Tulle.- Silver sulfa diazin tebal.- Tutup kassa tebal.- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
F. Obat – obatan:o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.o Analgetik : kuat (morfin, petidine)o Antasida : kalau perluKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana) Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.b) Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c) Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:Tanda:Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).j) Pemeriksaan diagnostik:(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap2. Diagnosa KeperawatanMarilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informas

askep gangguan cairan dan elektrolit pada pasien diare

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE


A. Pengertian.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis




C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

D. Manifestasi Klinis Diare
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

D. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

E. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
Hipoglikemia.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
F. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0
1
2
Keadaan umum

Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
Sehat

Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120
Gelisah, cengeng
Apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat









c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub

Baik (CM)
+

N (120)

Biasa

Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal

Gelisah
++

Cepat

Agak cepat

Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering

Apatis-koma
+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis

G. Kebutuhan Cairan Anak
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Umur
Berat Badan
Total/24 jam
Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)








H. PATHWAYS
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia
Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan lemah
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002


I. Pentalaksanaan
Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
· 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
· 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
· 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
· 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
· 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
· 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
· 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
· Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
· Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
Daftar Pustaka

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru

Senin, 20 April 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah sakit penyakit sampai sekarang masih menjadi ancaman dimana – mana. Sakit sangat tidak disukai banyak kalangan karena sakit bisa mengganggu semua kegiatan yang dilakukan setiap hari atau rutinitas terganggu. Sakit disaat ingin menyerang seseorang tidak memandang apakah orang tersebut sudah berkeluarga, orang tua, dewasa, kakek – kakek, ataupun anak – anak, bahkan dia seorang bayi yang baru lahir.
Sebenarnya semua orang sudah paham dan mengerti apa itu pennyakit atau apa itu kesehatan, tetapi sering kali orang tersebut tidak mengindahkan hal tersebut.sering kali juga mereka sudah mengetahui berbagai macam penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh mereka tetapi sering kali juga tidak mengindahkan dan tidak takut terhadap ancaman masalah penyakit.
Banyak sekali contoh yang meyakinkan kita, contohnya bahwa masyarakat tidak takut dan peduli akan masalah kesehatan ataupun masalah sakit penyakit, kadang mereka mereka menganggap sakit penyakit itu adalah salah satu hukuman dari tuhan karena melanggar perintahnya.tetapi asumsi tersebut salah karena masalah hal penyakit itu tergantung pada kita.dan seringkali juga menganggap perilaku mereka setiap hari tidak mengancam jiwa mereka. Salah contohnya adalah masalah kebersihan.
Masalah kebersihan makanan maupun lingkungan dimana kita berada atau tempati sangat berpengaruh bagi tubuh kita sebagai manusia. Sering kali kita senagai manusia melupakan hal tersebut sehingga banyak sekali masalah penyakit yang menyerang kita. Contohnya, bagaimana

tingginya pengaruh lingkungan terhadap penyakit DBD atau DHF tetapi sering kali kita tidak mengindahkan hal tersebut sehingga kita tidak membersihkan lingkungan kita sampai kita diserang penyakit tersebut.
Salah satu contoh yang lainnya adalah masalah penyakit kanker, seperti yang kita baca di artikel yang ada pada rokok “ merokok dapat menyebabkan penyakit kanker, jantung, inpotensi dan gangguan kehamilan” tetapi sering kali kita sengajakan seperti kita tidak membaca artikel tersebut, sehingga sering kita menjumpai masih banyak sekali oarang yang merokok. Dan sering juga banyak orang katakan itu cuman bohong – bohongan saja. Tetapi menurut penelitian di Amerika penyakit kanker masih menduduki urutan pertama di daerah tersebut dan masalah penyebab utama nya adalah masalah kebiasaan dalam pergaulan yaitu merokok dan minum minuman keras atau miras.
Merokok didalamnya mengandung karsinogenik sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker.karsinogenik biasanya perokok menghirupnya melalui asapnya dan masuk melalui hidung hingga masuk sampai alveoli – alveoli yang ada didalam paru – paru, kemudian disitulah akan membentuk sel kanker.
Salah satu penghasil karsinogenik yang sering kita junpai dalam kehidupan sehari – hari dan ini bukan karena faktor pergaulan tetapi karena faktor ekonomi dan sering kali juga kita tidak hiraukan adalah minyak, karena minyak telah kita pakai dalam menggoreng lebih dari dua kali maka menghasilkan yang disebut dengan minyak jelantah.
Setiap hari kalau kita bepergian khususnya ke arah Purwokerto kita banyak temui banyak sekali penjual gorengan disekitar jalan utama, misalnya penjual mendoan, ayam goreng, dan lain – lain. Macam – macam gorengan tersebut akan dijual dalam keadaan masih panas di karenakan penjual tersebut akan mengoreng jika adan pesanan. Dari penggorengan pertama tentulah mengisihkan minyak sisa yang biasanya orng menyebutnya minyak jelatah minyak itu akan dipakai terus menerus dalam pengorenggan berikutnya dan tidak ada batas waktu yang tidak pasti, dan sering juga kita temui minyak tersebut sudah berubah warna menjadi hitam. Coba Anda bayangkan jika minyak goreng yang warnanya begitu jernih bisa berubah warna hingga sampai berwarna hitam?
Perubahan tersebut disebabkan karena pemanasan dalam penggorengan tersebut terlalu tinggi dan dilakukan berulang – ulang kali atau lebih dari dua kali. Perubahan minyak tersebut juga disebabkan karena terikatnya zat radikal bebas dan zat – zat lain seperti O2, H2O,akan menyebabkan terbentuknya karzinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Meskipun banyak orang sudah mengetahui tentang hal tersebut tetapi masalah ekonomi sehingga sampai sekarang masyarakat tidak menghiraukan hal tersebut. Nyatanya sampai sekarang masih banyak masyarakat yang menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng walaupun minyak jelantah tersebut sudah burubah warna menjadi hitam, dan sampai sekarang ini hal ini sudah terjangkit sampai kepedesaan sehingga masih banyak ibu rumah tangga yang kita temukan menggoreng memakai minyak jelantah.
Hal ini terbukti dari data penderita penyakit kanker berdasarkan World Cancer Report dalam dua dekade mendatang akan terjadi kenaikan kasus kanker, yaitu sebanyak 50 persen. Pada tahun 2000 jumlahnya 10 juta kasus dimana 4,7 juta penderitanya adalah wanita. Tetapi pada tahun 2020 diperkitakan jumlah kasusnya menjadi 15 juta. Pada tahun 1992, di Indonesia, kanker berada di urutan enam sebagai penyakit ganas yang mematikan.
Di Indonesia, sepanjang tahun 1988 – 1994 dari 10 jenis penyakit kanker, kanker serviks paling tinggi kasusnya, mencapai 26.200 kasus. Jenis kanker lainnya setelah kanker serviks adalah kanker payudara, kulit, nasofaring, kelenjar getah bening. ovarium, rektum, tiroid, jaringan lunak, dan kolon. Di Jawa Barat berdasarkan data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) tahun 1987 – 1988 sebanyak 20,09 % penderita kanker merupakan penderita kanker serviks.
Di RSHS jumlah pasien kanker serviks terus meningkat dari tahun ke tahun. Penderita yang berobat mencapai 400 orang per tahunnya. Kanker serviks disebabkan oleh hubungan seksual dini, partner seks lebih dari satu, infeksi virus papiloma humanus (VPH), sosioekonomi rendah, perokok, nutrisi buruk, berpasangan dengan lelaki yang beresiko tinggi, dan terinfeksi HIV.
Hal ini perlu dicegah karena bisa merusak masa depan bangsa karena yang paling banyak mengkonsumsi gorengan adalah para remaja dan anak – anak. Dari situlah penulis ingin menulis tentang suatu tulisan yang berjudul “PEMANFAAT PEMURNIAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI PENCEGAHAN AWAL PENYAKIT KANKER ”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap pokok permasalahan yang dikaji, penulis membatasi dalam beberapa masalah antara lain :
1. Pengertian minyak
2. Penyakit kanker
3. Proses perubahan minyak goreng menjadi minyak jelantah

C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maaka penulis akan mengungkapkan beberapa masalah antara lain :
1. Pengaruh minyak jelantah terhadap penyakit kanker
2. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyakit kanker
3. Ketidak pedulian masyarakat terhadap penyakit kanker
4. Kurangnya pemahaman tentang penyebab penyakit kanker

D. TUJUAN PENULISAN
© Tujuan umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah penulis ingin masyarakat bisa mengetahui dengan jelas pengaruh minyak jelantah terhadap penyakit kanker
© Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan ini adalah :
1. Masyarakat bisa mencegah penyakit kanker dengan cara mengkonsumsi kembali minyak jelantah tanpa efek samping.
2. Masyarakat memakai kembali minyak jelantah untuk mengoreng
3. Masyarakat menghemat pengeluaran dalam pembelian minyak goreng baru dalam kebutuhan sehari – hari.

E. MANFAAT PENULISAN
Adapun mamfaat dari penulisan ini adalah masyarakat bisa mengetahui tentang pengaruh minyak jelantah terhadap penyakit kanker dan bagaimana pencegahannya supaya masyakat bisa mengkonsumsi kambali minyak jelantah tanpa ada efek samping






F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I meliputi : Latar belakang, tujuan penulisan dan mamfaat penulisan, perumusan dan identifikasi masalah, serta sistematika penulisan. Pada bab II tinjauan pustaka dan landasan teori yang berisi kajian atau teori – teori yang mendukung munculnya ide kreatif yang saya kemukakan dalam penulisan ini.
Metode yang dikemukakan dalam bab III yang meliputi waktu penulisan, cara pendekatan dalam penulisan, sasaran penulisan, sumber data penulisan, dan hingga pada tahapan penulisan.
Pada bab IV akan membahas tentang uraian hasil kajian yang pada bab ini juga penulis akan mengemukakan ide ataupun narasi yang akan membantu masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selanjutnya bab terakhir atau bab V akan berisi kesimpulan dan saran yan ditarik penulis dalam mengembangkan ide kreatif yang ditulisnya, dan akhirnya penulis ini akan melampirkan daftar pustaka dan biodata penulis.











BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGER TIAN MINYAK
Minyak adalah zat cair berlemak, biasanya kental, dan tidak larut dalam air, larut dalam eter dan alkohol serta tidak mudah terbakar tergantung pada asalnya,(KBBI, 2005). Minyak jelantah adalah minyak hasil pengorengan yang telah dipakai lebih dari dua kali.
Minyak berasal dari berbagai macam sumber yaitu :
Ø Minyak nabati
Ø Minyak hewani
Ø Minyak bumi
1. Minyak nabati
Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuh – tumbuhan, contohnya: kacang – kacangan, kelapa, kelapa sawit,kemiri, dan lain – lain.
2. Minyak hewani
Minyak hewani adalah minyak yang dihasilkan oleh lemak yang ada pada hewan. Contohnya : lemak kambing, lemak sapi, lemak ayam, dan lain – lain.
3. Minyak bumi
Minyak bumi adalah miyak yang dihasilkan dari dalam bumi atau dari hasil tambang.
Contohnya : minyak tanah, bensin, solar, gas, avtur dan lain – lain.


B. PENYAKIT KANKER
1. Pengertian
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel – sel abnormal yang cenderung mengimflasi jaringan disekitarnya dan menyebar ketempat – tempat yang jauh, ( Elizabeth, 2000 :96).
Menurut (Elizabeth, 2007:97) kanker dikategorikan sebagai tumor yang di identifikasikan berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh, dan diberi akhiran “ OMA “dan ditambah kedalam nama jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker. Beberapa identifikasi kanker seperti dibawah ini :
Ø Karsinoma
Karsinoma adalah jaringan epitel termasuk kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, selviks, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan esofagus.
Ø Limfoma
Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kelenjar limfe, lekteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Limfoma spesifik antara lain penyakit hodgkin (kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma maglinum.
Ø Sarkoma
Sarkoma adalah jaringan ikat, termasuk sel – sel yang ditemukakan di otot dan tulang.
Ø Glioma
Glioma adalah kanker sel – sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat.

Ø Karsinoma in situ
Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk memperjelas sel epitel abnormal.

2. Etiologi
Karsinoma pada umumnya disebabkan oleh zat karsinogenik dan masih sampai sekarang jadi penyebab utama. Penyebab lainnya seperti pengaruh paparan industri, komplikasi penyakit lain, pengaruh genetika dan sistem imun,(Hood,1995).
Kebanyakan faktor penyebab keganasan kanker merupakan faktor lingkungan yang bisa dihilangkan, dengan cara merubah gaya hidup masing individu, kelompok, tindakan kolektif masyarakat, peran pemerintah, maupun dengan kesepakan internasional,(Hood, 1995).
Faktor – faktor penyebab lain yang dapat menyebabkan penyakit kanker antara lain :
ü Faktor bahan kimia
ü Bahan fisik
ü Peran hormon
ü Parasat imun
ü Sunatan
ü Genital

3. Faktor resiko
Menurut (Elizabet,2000:100) faktor resiko penyebab penyakit kanker antara lain :


a) Faktor risiko perilaku
Faktor – faktor risiko perilaku anatara lain merokok, terpajar ke berbagai karsinogenik misalnya asbetis atau tar batubara dan makanan yang mengandung lemak dan daging yang diawetkan.
Faktor risiko perilaku lainnya adalah yang berkaitan dengan perilaku seksual. Beberapa bukti menunjukan infeksi oleh virus herpes simpleks tipe 2 yang ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menyebabkan risiko kanker. Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menyebabkan penyakit kanker hati.
b) Faktor resiko hormonal
Estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi penyakit kanker tertentu, misalkan kanker payudara, dan endometrium. Karena kadar estrogen tinggi pada wanita yang mengalami haid dini maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang memulai haid dini dan mencapai menopaus lambat, terlambat mengandung atau tidak memeliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini tampak berkaitan dengan frekuensi daur haid selama hidup.
c) Faktor resiko yang diwariskan
Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama kanker dari suatu jenis. Adalah faktor risiko terjangkit kanker.




4. Gejala klinis secara umum
Gejala klinis yang sering dan biasanya diperlihatkan oleh penderita penyakit kanker adalah sebagai berikut :
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah disekitarnya. Penekanan pembuluh darah dapat menyebabkan hipoksia jaringan, penimbunan asam laktat, atau kematian sel. Nyeri juga dapat timbul karena sel – sel kanker mengeluarkan ensim – ensim yang secara langsung merusak sel.nyeri terjadi sebagai bagian dari reaksi imun dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh. Bagi banyak pasien kanker, kecemasan dan ketakutan dapat memperparah rasa nyeri.
b. Kakeksia
Kakeksia adalah istilah yang digunakan untuk memperjelas berkurangnya secara umum lemak dan protein seperti yang dijumpai pada penderita kanker. Kakeksia disebabkan oleh berbagai macam hal, terrnasuknya hilangnya nafsu makan, pencernaan yang terganggu, dan peningkatan kecepatan metabolisme sel – sel kanker.
c. Anemia
Anemia terjadi akaibat bermacam – macam sebab dan pada berbagai macam jenis kanker. Hal ini berlaku baik pada kanker yang spesifik mempengaruhi sel ddarah merah dan sel darah putih (leukimia) kanker yang mempengaruhi kanker kronik, misalnya kanker kolorektum atau uterus yang menyebabkan anemia.


d. Kelelahan
Kelelahan biasanya terjadi akibat nutrisi yang buruk, malnutrisi dan gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.

5. Macam – macam penyakit kanker
Penyakit kanker dibagi ataas 10 macam yaitu antara lain :
a. Kanker paru
Kanker paru mengacu pada kanker lapisan epitel saluran pernapasan (karsinoma bronkogenik). Kanker paru dapat timbul dimana saja dibagian paru. Terdapat 4 jenis umum kanker paru :
1) Karsinoma sel skuanosa
Kanker ini jelas berkaitan dengan merokok dan pejanan terhadap toksin – toksin lingkungan. Misalnya asbestos dan komponen – komponen polusi udara. Kanker ini biasanya berbentuk tumor, dan tumor ini biasanya terbentuk bronkus masuk keparu, yang disebut hilus.yan kemudian meluas ke bronkus. Tumor ini timbul relative lambat dan memeliki prognosis bertahan yang paling baik yaitu 5 tahun.
2) Karsinoma sel kecil
Tumor ini juga disebut sebagai karsinoma oat ceel dan biasanya timbul dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil barsifat anaplstik atau embrionik. Sehingga memperlihat insidens metastatis yang tinggi. Tumor ini merupakan jenis yang sering dijumpai pada perokok, dan memeliki prognosis yang buruk.
3) Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar – kelenjar paru. Tumor ini biasanya timbul di bagian paru ternasuk bronchialus terminal dan alveolus.


4) Kanker sel besar tidak berdeferensiasi
Kanker sel besar tidak berdeferensiasi ini dapat tumbuh dibagian tengah atau perifer paru. Kanker atau tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada.
Faktor resiko yang paling utama untuk penyakit kanker paru adalah pengunaan tembakau, polusi udara dan pejanan kebahan kimia serta debu ternasuk asbestos.
b. Kanker esophagus
Kanker esophagus sangat berkaitan sekali dengan pengunanan alcohol dan tembakau, dan cedera kaustik yang juga dapat menyebabkan kanker esophagus, serta zat akrolein yang terkandung dalam minyak jelantah.
Gejala klinis dari kanker ini adalah :
Ø Disfagai (kesulitan menelan)
Ø Anoreksia
c. Kanker lambung
Tampaknya peningkatan resiko penyakit ini berkaitan dengan daging hewan yang diawetkan atau diasapi.
Gejala klinisnya adalah :
Ø Rasa tidak enak diperut
Ø Indigesti
Ø Penurunan berat badan
Ø Anoreksia
Ø Mungkin dapat diraba ada massa diabdomen atau perut.






d. Kanker kolorektum
Kanker kolorektum adalah karsinoma yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa. Faktor resiko dari kanker kolorektum adalah makan yang mencakup diet tinggi lemak, dan rendah serat. Makanan ini akan menahan toksin yang terdapat dalam tinja dan lama kelamaan menjadi kanker.
Gejala klinis :
Ø Perubahan kebiasaan BAB, yang menimbulakan diare atau konstipasi
Ø Darah yang nyata atau samar – samar dalam tinja
e. Kanker pankreas
Kanker ini adalah kanker yang sering dijumpai di amerika serikat. Penyebab penyakit kanker pankreas tidak diketahui tetapi kanker tersebut berasal dari sel eksokrin a tau endokrin.
Kanker sel eksokrin berada di duktus – duktus pankreas tikus kecil.dan kanker ini biasa menyebabkan penyumbatan dulkus.
Gejala klinis
Gejala klinis dari penderita kanker prankreas ini adalah :
Ø Kanker pancreas mungkin asimtomatik atau dapat menyebabkan keluhan yang samar – samara seperti nyeri
Ø Penyakit stadium lanjut dapat menyebabkan ikterus nyeri dan penurunan berat badan yang mencolok.
f. Kanker hati
Kanker hati primer biasanya dijumpai pada individu dengan riwayat infeksi hepatitis B atau C atau penyakit hati yang kronik misalnya sirosis. Mereka yang diketahui beresiko tinggi mengidap kanker hati orang – orang yag terpajan karsinogenik yang berdosis tinggi, termasuk alfa toksin yang ditemukan pada kacang atau jagung berjamur.

Kanker hati sekunder timbul akibat metastasis kanker dari begian tubuh lain misalnya usus dan pancreas yang mengalir darahnya ke hati melalui vena porta. Kanker hati primer dan sekunder sering bermetastasis keluara hati teruteama kejantung dan paru.
Gejala kilinis
Gejala klinis dari kanker hati adalah :
Ø Nyeri tumpul pada abdomen
Ø Perasaan penuh pada abdomen
Ø Mual dan muntah
Ø Ikterus
Ø Anoreksia
Ø Apabila tumor menyumbat saluran empedu maka dapat terjadi hipertensi porta dan asitas
Ø Hepatomegali
g. Kanker kulit
Kanker kulit lebih sering timbul pada orang yang berkulit tereang dibandingkan yang berkulit gelap.kanker kulit dibagi atas tiga yaitu sebagai berikut :
1) Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal adalah kanker superficial sel – sel epitel imatur
2) Karsinoma sel skuamosa
Okarsinoma sel skuamosa adalah kanker sel epidermis yang terdapat menyebar secar horinsontal pada kulit atau secara vertical kedalam dermis
3) Melanoma maligma
Melanoma maligma adalah suatu tumor agresif sel – sel penghasil melanin didasar epidermis.

h. Kanker saluran reproduksi pria
kanker ini terjadi pada saluran reproduksi pria mencakup testis, penis atau prostate.
Gejala klinis
Gejala klinisnya antara lain :
Ø Kanker penis ditandai ddengan lesi ulseratif dibatang penis yang mungkin nyeri dan mungkin saja tidak
Ø Kanker testis ditandai dengan pembentukan suatu masa di testis yang mungkin meninbulkan nyeri seiring dengan pertumbuhannya.
Ø Kanker prostate mungkin asimtomatik atau berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan berkeinginan berkemih serta penurunan tekanan aliran urin.

i. Kanker saluran reproduksi wanita
Kanker saluran reproduksi wanita dapat timbul divagina, uterus atau ovarium, dan kanker ini biasanya disebabkan oleh karsinogenik yang ada dalam makanan dan asap rokok.
j. Kanker payudara
Kanker payudara biasanya ditemukan sewaktu masih local (in situ) atau yang lebih sering telah menyebar (maligma).
Gejala klinis
Gejala klinis dari penyakit kanker payudara yaitu :
Ø Benjolan atau masa yang tidak nyeri di payudara
Ø Retraksi puting payudara, pengeluaran rebas dari putting atau kerutan pada payudara
Ø Pembasaran kelenjar getah bening




C. perubahan minyak goreng menjadi minyak jelantah
Minyak goreng adalah salah satu wahana bagi berbagai vitamin yang larut dalam minyak seperti vitamin A, D, E, dan K. Fungsi minyak goring adalah membantu penyerapan dan mobilisasi berbagai vitamin dalam tubuh. Sedangkan peranannya yaitu meningkatkan citra rasa dan kelesatan makanan.
Minyak goreng dan peranannya tersebut dapat mengalami perubahjan kualitas menjadi rendah dilihat dari berbagai aspek. Perubahan kualitas tersebut merupakan akibat dari penggunaan secara berulang – ulang (lebih dari dua kali). Minyak goring yang telah berubah kualitasnya itu disebut minyak jelantah.
Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuknya akrolein yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Dilihat dari sturktur senyawa pembentuknya minyak goring yang mengandung rantai karbon yang panjang, relatif tinggi titik asapnya. Hal ini mengandung arti minyak baru mengeluarkan asap (rusak) bila suhu pemanasan minyak sudah mencapai pada suhu pemanasan lebih dari 200 oC karena itu minyak yang mengeluarkan asap dibawah 200 oC dianggap sudah rusak.
Menurut (Setiarti,2001) semakin banyak ikatan rangkap pada rantai karbon, semakin tinggi titik asap minyak goreng. Hal ini berarti semakin banyak asam lemak semakin buruk minyak goreng dan sebaliknya.
Timbulnya titik asap tersebut juga tergantung pada kadar gliserol bebas yang terdapat dalam minyak. Makin tinggi kadar gliserol, makin rendah titik asapnya dan semakin rendah gliserolnya semakin tinggi titik asapnya. Kerusakan minyak goreng selama proses menggoreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan makanan tersebut. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerasi akan menghasilkan makanan dengan rupa yang kurang menarik da cita rasa yang kurang enak, serta kerusakan sebagian fitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak.

Kerusakan minyak karena pemanasan pada suhu tinngi disebabkan oleh proses oksidasi dan polimerasi .oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa aldehide , keton , hidrokarbon, alcohol serta senyawa aromatis yang menpunyai bau tegik dan rasa getir.
Kerusakan minyak karena proses oksidasi terdiri dari 6 tahap yaitu :
1. pada permulaan terbentuk volatile discompation produk (VDP) yang dihasilkan dari pemecahan rental karbon asam lemak.
2. proses oksidasi disusuk dengan proses hidrolisa trigeliserida karena adanya air. Hal ini terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak dari minyak.
3. oksidasi asam lemak berantai panjang
4. degradasi ester oleh panas dengan reaksi sebagai berikut :
5. oksidasi asam lemak yang terikat pada posisi dalam trigeserida
6. oksidasi keton dan aldehide menjadi asam karboksilat
Dari teori diatas, minyak goreng dapat berubah menjadi minyak jelantah apabila gidunakan berulang kali (lebih dari dua kali) karena dalam minyak jelantah terkandung akrolein yang dapat menyebabkan gatal pada tenggorokan dan zat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker.

BAB III
METODE PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan selama 2 bulan yang dimulai dari tanggal 20 oktober sampai dengan tanngal 20 desember 2008, penulis menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :

A. pendekatan penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif

B. sumber penulisan
Adapun sumber – sumber penulisan yang dipakai penulis dalam menulis karya tulis ini adalah :
1. Studi pustaka
2. Kuesioner
3. Wawancara


C. sasaran penulisan
untuk sasaran penulisan karya tulis ini ada dua sasaran yaitu:
1. Sasaran umum
Penulisan ini secara umu ditujukan untuk semua masyarakat pada umumnya baik orang tua, ataupun remaja yang belum mengetahui tentang minyak jelantah serta bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan kita, bila kita mengkomsumsi makanan yang digoreng memakai minyak jelantah secara terus menerus.

2. Sasaran khusus
Sasaran khusus untuk penulisan ini ditujukan kepada para ibu rumah tangga dan para penjual gorengan yang selalu menggunakan minyak jelantah dalam penggorengan.

D. tahapan penulisan
Dalam penulisan ini adapun tahapan – tahapan yang dipakai penulis untuk menulis karya tulis ini antara lain :
Ø pencarian dan pengumpulan buku referensi dilakukan selama 12 hari
Ø penulisan untuk studi pustaka dilakukan selama 12 hari
Ø teknik pengumpulan data secara kuesioner salama 6 hari
Ø tahap wawancara dilakukan selama 6 hari
Ø penganalisian data penulisan dan pengetikan dilakukan selama 21 hari.


BAB IV
PEMBAHASAN

Minyak jelantah adalah minyak yang telah dipakai berulang kali (lebih dari 2 kali). Terjadinya perubahan minyak dari minyak goreng hingga menjadi minyak jelantah itu terjadi pada saat pengorengan yang dilakukan setiap penjual gorengan dan terkadang dapat ditemui di ibu – ibu rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena para penjual dan ibu – ibu rumah tangga belum mengetahui ataupun sudah mengetahui tetapi sengaja tidak menghiraukan apa yang sudah mereka ketehui tentang bahaya minyak jelantah tersebut.
Banyak sekali dampak yang akan timbul dari masalah minyak jelantah jika tidak dapat diatasi secara cepat, karena minyak jelantah dapat menyebabkan pembentukan sel kanker dan peradangan di organ tubuh khususnya di saluran pencernaan dan perkemihan. Hal ini disebebkan karena didalam minyak jelantah mengandung zat akrolein dan karsinogenik yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker tersebut.
Hal ini tidak boleh dibiarkan karena dapat merusak masa depan para penerus bangsa khususnya. Disini penulis menganggap bahwa hal ini sangat membahayakan masa depan Negara karena banyak sekali anak remaja dan anak kecil yang mengkomsumsi gorengan yang hasil penggorengan memakai minyak jelantah.
Dari sinilah penulis menganalisa dan menemukan suatu ide kreatif yang diangap bisa mengatasi permasalahan diatas, karena menurut penulis ide ini sangat bagus untuk di coba karena dalam menghadapi kenaikan harga minyak goreng yang semakin tinggi, dan bisa menbantu para ibu rumah tangga dan penjual untuk dapat memakai kembali minyak jelantah tampa ada efek samping.

Ide ini adalah pendauran ulang minyak jelantah mengunakan karbon aktif (arang kayu) untuk mengembalikan kualitas minyak jelantah dengan baik atau (“Pemamfaat Pemurnian Minyak Jelantah Sebagai Pencegahan Awal Penyakit Kanker”) Karena didalam karbon aktif mengandung daya fitrasi yang yang sangat tinggi untuk pengerapan sehingga dapat menyerap zat – zat yang berbahaya yang trerkandung didalam minyak jelantah tersebut.
Didalam pengerapan atau pendauran ulanng minyak jelantah tersebut kita bisa melakukannya dalam seminggu sekali ataupun seminggu 2 kali karena cara kerjanya pun sederhana dan dapat dilakukan siapapun dan dengan biaya yang tidak mahal.
Cara kerja dari pendauran ulang minyak jelantah tersebut adalah karbon aktif di haluskan sampai benar benar halus dan dimasukan kedalam minyak jelantah dan direndam selama 24 jam, setelah direndam maka disaring dan setelah disaring maka minyak jelantah siap untuk dipakai.
BAB V
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Minyak goreng yang telah dipakai berulang kali sehingga sudah menjadi minyak jelantah sangat berbahaya dan perlu diatasi dengan cara pendauran ulang minyak jelantah dengan menggunakan karbon aktif (arang kayu). Karena dalam karbon aktif menpunyai daya filtrasi yang kuat sehingga dapat mengerap zat – zat yang berbahaya yang ada didalam minyak jelantah.

B. SARAN
Sebaiknya untuk penjual gorengan dan masyarakat umum kalau sudah memakai minyak goreng lebih 2 kali dalam penggorengan maka sebaiknya dilakukan perendaman dengan menggunakan karbon aktif supaya bisa mengurangi zat – zat yang berbahaya didalam minyak jelantah.

minyak

Minyak adalah zat cair berlemak, biasanya kental, dan tidak larut dalam air, larut dalam eter dan alkohol serta tidak mudah terbakar tergantung pada asalnya,(KBBI, 2005). Minyak jelantah adalah minyak hasil pengorengan yang telah dipakai lebih dari dua kali.
Minyak berasal dari berbagai macam sumber yaitu :
Ø Minyak nabati
Ø Minyak hewani
Ø Minyak bumi
1. Minyak nabati
Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuh – tumbuhan, contohnya: kacang – kacangan, kelapa, kelapa sawit,kemiri, dan lain – lain.
2. Minyak hewani
Minyak hewani adalah minyak yang dihasilkan oleh lemak yang ada pada hewan. Contohnya : lemak kambing, lemak sapi, lemak ayam, dan lain – lain.
3. Minyak bumi
Minyak bumi adalah miyak yang dihasilkan dari dalam bumi atau dari hasil tambang.
Contohnya : minyak tanah, bensin, solar, gas, avtur dan lain – lain.